Tuntaskan Tragedi Paniai di Papua!
“Adikku Alpius ditembak mati! Mimpinya menjadi pegawai negeri sipil untuk melayani masyarakat pun kandas. Ia baru 18 tahun.” - Yohanes Youw (Kakak Alpius).
Mungkin kamu pernah dengar ceritanya.
Alpius Youw (18), Yulianus Yeimo (17), Apinus Gobay (16), Simon Degei (17) tewas ditembak aparat keamanan pada 8 Desember 2014, di Paniai, Papua.
Tragedi bermula ketika seorang remaja mengingatkan seorang tentara untuk menyalakan lampu kendaraan saat lewat di tengah perayaan Natal. Tersinggung, tentara itu mengajak rekannya 'menghukum' anak itu dan teman-temannya. Sebelas anak dipukul. Umur mereka hanya berkisar 10 sampai 16 tahun.
Esok harinya, di sekitar markas tentara dan polisi, warga aksi damai sembari membawakan tari tradisional Waita untuk protes meminta klarifikasi. Namun, polisi dan tentara malah menembaki peserta aksi.
Betul-betul Natal yang kelam bagi Paniai. Keluarga korban yang biasa melihat anak-anak mereka bermain lincah saat itu dipaksa melihat jenazah mereka yang terbujur kaku di peti mati, kehilangan mimpi-mimpi mereka.
Tapi ini kan 6 tahun yang lalu? Kenapa masih diomongin?
Meledaknya kerusuhan rasial di Amerika Serikat mengingatkan banyak orang Indonesia terhadap Papua. Lebih dari 15 ribu orang baru menandatangani petisi ini sesudah warga kulit hitam AS George Floyd mati di tangan polisi.
Ada satu persamaan di Papua dan AS: Rasisme sistemik menjadi salah satu pemicu kekerasan aparat dan pembungkaman yang sering terjadi di wilayah paling timur indonesia itu.
Kasus Paniai, sayangnya, adalah salah satu dari sederet kasus kekerasan di Papua yang belum tuntas hingga sekarang. Pelaku belum dihukum dan masih berkeliaran.
Sejak awal masa pemerintahannya, Presiden Joko Widodo telah berjanji untuk menyelesaikan masalah kekerasan dan pembunuhan di Paniai ini. Hasilnya? Nihil.
Oleh karena itu, kami menuntut Presiden Jokowi untuk segera menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di Paniai, Papua.
Penuntasan kasus ini akan menjadi harapan baru untuk penyelesaian kasus-kasus lainnya dan mencegah tragedi serupa terulang kembali.
Untuk mimpi-mimpi anak Papua,
Amnesty International Indonesia
Kepada Yth.
Ir. H. Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Dengan hormat,
Saya meminta Bapak untuk segera menyelesaikan kasus tragedi Paniai di Papua yang belum tuntas sejak 2014. Adanya tindak kekerasan dan penembakan tidak berdasar terhadap anak-anak di bawah umur bukanlah tindakan yang pantas dilakukan, apalagi jika dilakukan aparat keamanan yang ditugaskan menegakkan keadilan.
Saya juga mendesak Bapak Presiden untuk menindak tegas aparat keamanan yang masih melakukan berbagai kekerasan terhadap warga Papua. Sikap ini akan menjadi bukti bahwa keadilan ditegakkan dan tidak seorangpun mendapat perlakuan istimewa di depan hukum.
Hormat saya,
-
-
Avery Melhado signed 2020-08-25 07:40:05 +0700
-
Terrel Gullatte signed 2020-08-25 01:18:02 +0700
-
-
Jasmin Lara signed 2020-08-24 20:48:31 +0700
-
-
Monica me signed 2020-08-23 19:05:56 +0700
-
Ainuliisa Metsätähti signed 2020-08-23 12:22:59 +0700
-
-
Jenna Vokolek signed 2020-08-23 07:06:46 +0700
-
Robin Deliz signed 2020-08-23 06:24:13 +0700
-
Caroline Hager signed 2020-08-22 04:48:32 +0700
-
Damijana Kuharic signed 2020-08-21 20:38:37 +0700
-
Daniella Covarrubias signed 2020-08-21 13:28:16 +0700
-
Tolong selamatkan saudara kami
-
-
ay ay signed 2020-08-19 20:46:05 +0700
-
Noviandra Miraj signed 2020-08-19 12:15:47 +0700
-
-
-
Cierra Bamisaye signed 2020-08-19 00:56:38 +0700
-
kate denny signed 2020-08-18 23:58:16 +0700
-
Samantha Ruggiero signed 2020-08-18 22:05:14 +0700
-
Meghan Moody signed 2020-08-18 06:16:20 +0700
-
loukia skamiotis signed 2020-08-18 00:42:34 +0700
-
Dylan Halper signed 2020-08-17 04:23:19 +0700
-
Julian signed 2020-08-17 03:29:53 +0700
-
Ahlaam Ayad signed 2020-08-17 01:41:11 +0700
-
Katy Weiss signed 2020-08-17 01:21:54 +0700
-
Xueyi Lu signed 2020-08-16 23:59:56 +0700